Aku dan Anakku
Aku (dibaca:kami) dan Anakku
Kami berasal dari keluarga sederhana. Saya berasal kota Ponorogo Jawa Timur dan istri saya (Hasrawati,ST) yang berasal.dari Tanete, Sulawesi Selatan.
Berawal dari perkenalan saat masuk kerja disebuah perusahaan di Jakarta Selatan pada Tahun 2001, akhirnya kita bekerja dalam satu kantor. Dalam istilah jawa, Tresno Jalaran songko Kulino ( cinta karena sering bertemu) mungkin tepat buat kisah cinta saya. Hehehe dan akhirnya pacaran.
Pada Tanggal 20 Agustus 2004, saya dihadapan penghulu saya menikah dengan istri saya, pernikahan berlangsung sederhana dikampung halaman istri saya di Sulawesi Selatan. Setelah kami menikah, kami kembali ke Jakarta dan tinggal di daerah Joglo, Jakarta Barat.
Dari Pernikahan kami, lahirlah anak pertama saya yang lucu, seorang laki-laki lahir dengan berat 3,6 kg panjang 49 cm pada 16 Mei 2005, di Klinik yang tak jauh dari rumah tinggal kami, di Jakarta Barat. Anak pertama kami bermana MUHAMMAD ALIFATUL FADILLAH.
Dari nama itu ada harapan dan doa agar anak.laki-laki pertama kami agar menjadi anak laki-laki yang memiliki pendirian yang kuat (seperti huruf alif), sholeh, taat kepada.agamanya dan bermanfaat buat orang banyak.
Anak pertama kami,sedari kecil, sering kami tinggal-tinggal, karena kami berdua saat itu masing masing bekerja di perusahaan. Sehabis masa cuti melahirkan istri harus masuk kerja diperusahaan Asuransi yang tak jauh dari tempat tinggal, perusahaan tempat kerja istri setelah menikah, karena waktu itu ada peraturan bahwa suami istri tidak boleh bekerja dalam satu kantor. Akhirnya Istri yang memilih pindah kerja, ke perusahaan Asuransi di Jakarta Selatan. Saya pun masih bekerja dikantor yang sama.
Anakku setiap hari harus tinggal bersama pengasuh dirumah dari pukul 07.30 -17.00 wib bahkan ketika anak kami umur 7 bulan, istri saya pindah kantor yang cukup jauh,kami dapat bertemu dengan anak dirumah setelah pukul 18.30 wib, sedih rasanya, meninggalkan anak semata wayang dirumah.
Saat usia, Alif ( panggilan anak pertama saya) 3 tahun sekitar april 2007, saya pindah rumah di wilayah Kabupaten Bekasi. Kami semua hanya pindah tempat tinggal, dan kami tetap bekerja di perusahaan sebelumnya sehingga anak pertama saya tetap kami tinggal-tinggal bekerja.
Sebagai orang tua tentu ada rasa dilema, disisi lain harus bekerja menafkahi keluarga dan anak, tapi disatu sisi harus meninggalkan anak saat masih terlelap dan pulang disaat anak telah tertidur. Saya sedang mencari rejeki buat siapa?, hati terus bergumam.
Setelah kepindahan rumah kami tahun 2007, tak berselang istriku hamil anak ke 2, yang lahir pada 9 Juni 2008, lahir dengan ukuran yang begitu mungil 2,5 kg dengan panjang 49 cm. Anak kami yang kedua, kami beri nama AHMAD BILAL MAULANA harapan dan doa dibalik nama tersebut, yaitu kelak menjadi anak yang kuat prinsipnya dalam menggenggam kebenaran layaknya sahabat Nabiullah, BILAL BIN RABBAH.
Jarak usia kedua anakku, sekitar 3 tahun, sekarang mereka telah tumbuh menjadi anak remaja, anak pertama telah duduk di bangku Sekolah Menengah Atas kelas XII, sedangkan si bungsu duduk di Sekolah Menengah Pertama kelas VIII.
Pada Tahun 2009, saya pindah kerja dari perusahaan menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNS-D) Kabupaten Bekasi. Saya ditugaskan disalah satu sekolah negeri di Kabupaten Bekasi, SMKN 1 Tambelang. Dengan diterimanya saya sebagai PNS akhirnya saya memutuskan mengundurkan diri dari perusahaan yang telah memberikan pengalaman selama 7 tahun.
Dengan kepindahan saya menjadi seorang Guru, saya memiliki waktu lebih banyak bersama anak-anak dibandingkan saat masih bekerja di perusahaan. Pukul 17.00 wib saya sudah tiba dirumah, saya bisa bercengkerama dengan anak, bisa bermain dengan anak-anak saya. Saya lebih banyak memiliki waktu untuk keluarga.
Dengan status saya sebagai PNS,seorang Guru ternyata menginspirasi istri saya untuk melanjutkan mengambil Akta IV, pada 2010, istri mengambil sekolah Akta IV di Universitas Islam Asy-syafi’iyah Jakarta. Setelah dinyatakan lulus, istri turut menjadi guru disalah satu sekolah swasta di Kabupaten Bekasi.
Dari apa yang saya sampaikan bahwa, dengan kami menjadi seorang guru, kami lebih banyak mengurus dan bersama anak-anak. Memang menjadi seorang guru tidak menjanjikan financial yang lebih tapi kami memiliki waktu bersama anak yang tidak dapat dibeli dengan nilai apapun.
Memiliki Karakter yang berbeda
Meskipun berasa dari orang tua yang sama, kedua anak kami memiliki kebiasaan dan karakter yang sedikit berbeda. Anak pertama sewaktu masih duduk dibangku Sekolah Dasar memiliki karakter sedikit cengeng, tidak mau mandiri, tetapi semenjak sekolah di Sekolah Menengah Pertama dan mengikuti kegiatan kegiatan Ekstrakurikuler Pencak Silat waktu itu, banyak membuat perubahan pada diri anak saya, tidak lagi ketergantungan dengan mamanya (panggilan untuk ibunya),mulai melakukan aktivitas aktivitas secara mandiri, seperti ketika mengikuti ekskul silat sudah tidak perlu diantar jemput lagi, mengikuti latihan pencak silat tanpa dipaksaan, sudah bisa memanage waktu belajar dengan baik.
Anak pertama kami memiliki motivasi yang cukup tinggi, hal ini terlihat ketika anak pertama mampu meraih Juara 1 pada kejuaraan pencak silat dan karena prestasi itulah anak pertama kami bisa masuk SMA melalui Jalur Prestasi. Namu berjalannya waktu anak kami memutuskan untuk pindah dari atlit pencak silat menjadi pemain voli. Pencak silat dan voli diperoleh dari ayahnya yang suka berlatih pencak silat dan bola voly.
Kecintaan dengan voly dibuktikan ikut latihan di klub voly dan saat ini mengikuti berbagai turnamen baik dari antar klub maupun antar sekolah.
Sementara anak kami yang bungsu, meskipun kami dorong untuk mengikuti jejak sang kakak, tetap saja tidak menunjukkan itu passionnya. Saat duduk di kelas 7, mencoba latihan pencak silat tapi berkembang dengan baik.
Anak kami yang ke 2 lebih dominan beraktivitas yang bersentuhan dengan teknologi seperti melakukan editing, membuat karakter animasi dan konten. Bilal (panggilan anak kedua) suka belajar secara otodidak.
Harapan Orang Tua terhadap Anak
Kami sebagai orang tua memiliki harapan besar terhadap kedua anak ini, dimana keduanya merupakan penerus generasi, penerus "dinasti" dalam keluarga kami, sehingga ada memberikan bekal hidup dengan:
1. Menyekolahkan keduanya di sekolah islam setelah lulus Sekolah Dasar. Harapannya keduanya mendapatkan dasar ilmu Agama yang lebih kuat. Dengan agama yang kuat mereka tidak mudah kehilangan arah, tidak mudah terhasut oleh informasi yang menyesatkan,supaya mereka besar dan tumbuh menjadi orang yang taat kepada agamanya dan negaranya.
2. Hidup dan besar dari keluarga guru, berharap mereka menjadi anak yang bersahaja, dapat hidup bermasyarakat. Mampu bersosialisasi dengan berbagai kalangan. Dengan tetap mengedepankan adab dan perilaku sopan dan santun.
Keren pak. Tetap semangat menulis
BalasHapusSejarah panjang penuh kenangan
BalasHapusSubhanallah...mantap luar biasa perjuangan kedua orang tua untuk membesarkan ank2. Tetap semangat mas Teguh
BalasHapusMantap pak Teguh, Sukses terus semoga dapat terus menulis
BalasHapus